Judulnya sengaja dibuat berbahasa daerah Jawa dan artinya 'Bukan Anak (orang) Surabaya Kalau Tidak (pernah) Nongkrong".
Kalimat kiasan itu, selalu disertai dengan nada bercanda. Tujuannya tak lain adalah ingin mengajak rekan untuk menemani ke warung kopi atau ke tempat tongkrongan.
Kebiasaan sebagian warga kota Surabaya yang sering nongkrong di warung kopi, bukan semata-mata ingin meminum kopi panas yang tersaji di sana. Melainkan adanya pembauran dan juga tercipta silaturahmi dengan lainnya.
Warung kopi adalah tempat yang sangat santai dan bebas untuk ngobrolin apa saja. Mulai dari agama, politik, rutinitas, ngrasani orang dan sebagainya. Apalagi jika ada obrolan yang menarik dan serius di dalamnya, bisa dicariin orang rumah karena dianggap 'sudah hilang' hahaha.. Jadi, jangan heran jika melihat banyak warung kopi berjajar dalam satu ruas jalan di kota Surabaya.
Apalagi sekarang sudah zaman now. Warung kopi sudah dilengkapi dengan wifi internet untuk memanjakan pelanggannya, dilansir dari situs berita terupdate di SINI.
Alhasil, anak milenial sekarang mulai betah nongkrong lama di warung kopi. Mereka asyik dengan aktivitasnya, sambil memesan kopi satu cangkir (yang kadang dinikmati rame-rame) dan bermain game atau mengerjakan tugas sekolah/ kuliah. Kegiatannya, terlihat menyenangkan dan terkesan jauh tindakan negatif.
Jika suatu saat saya bilang, "Uduk Arek Suroboyo Nek Gak Cangkruk", jangan tersinggung ya..
Komentar
Posting Komentar