Dibandingkan pria, wanita cenderung mempunyai emosi yang gampang bergejolak. Coba perhatikan para wanita saat nonton film/sinetron romantis, tanpa terasa air mata mereka meleleh. Saat putus dengan pacar, pasti menangis tersedu-sedu, hingga dimajas hiperbola dinamakan "Banjir Air Mata".
Entah benar atau tidak, seolah-olah para wanita memiliki simpanan air mata yang sangat membludak. Atau emang kelewat royal dengan Air Mata ya? Apakah wanita yang seperti itu dikatakan sebagai wanita yang hiper sensitif? Labil?
Sebagai makhuk hidup, manusia sangat peka terhadap rangsangan. Kepekaan tersebut, menandakan manusia itu masih hidup dan sangat membantu untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan diluar dirinya.
Teorinya, kepekaan dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama, sensitifitas biologis yang membantu manusia untuk mengenali hal-hal yang dapat melukai secara fisik dan hal-hal yang memberi kesenangan. Yang kedua, sensitifitas psikologis merupakan kemampuan menanggapi rangsangan. Inilah yang biasa disebut oleh orang awam sebagai sensitifitas.
Bagaimana cara mengatasi Banjir Air Mata ini? Gunakan Pikiran! Kenapa? Karena pikiran adalah alat terampuh untuk mencegah perilaku minus tersebut. Berdasarkan ilmu psikologi, jiwa manusia punya tiga bagian utama: Pikiran - Kehendak - Perasaan.
Perasaan adalah paling utama digunakan sejak bayi. Kemudian menggunakan kehendak dan pikiran merupakan bagian yang terakhir dimanfaatkan, setelah ada reaksi rangsangan.
Pada dasarnya, perasaan dan kehendak sangat susah untuk dikontrol. Namun keduanya dapat diubah oleh pikiran. Dengan sering berlatih berpikiran kritis (nyinyir), bisa menjadi alternatif dalam menghilangkan kecenderungan hiper sensitif. Sedangkan alternatif lainnya adalah introspeksi diri. Saat itu, pikirkan dan renungkan, apa saja yang telah dilakukan. Dengan begitu, akan cepat menyadari dan menilai, apakah kebiasaan buruk tersebut masih tetap melekat atau tidak?
Komentar
Posting Komentar